Berani Pangkal Sukses

Berani Pangkal Sukses

Hampir setiap hari kita mendengar kata-kata memotivasi seperti “hebat, dahsyat, super, luaaar biasa”. Kita jadi termotivasi, jadi merasa percaya diri, bahwa ternyata kita punya banyak potensi asal mau berpikir positip. Namun sering persoalan muncul saat akan memulai langkah implementasinya dalam pekerjaan atau kehidupan sehari-hari. Mengapa hal itu bisa terjadi? Salah satu sebab mengapa motivasi yang begitu besar ternyata tak mampu menggerakkan kita saat ingin menerapkannya ialah rasa takut. Makin tinggi dorongan motivasi kita, makin tinggi pula cita-cita, visi yang kita canangkan.

Makin jauh kesenjangan antara visi tersebut dengan realita sehari-hari kita, maka yang terjadi “kelumpuhan.” Kita menjadi tidak tahu harus melakukan apa untuk memulainya. Setiap upaya yang kita rencana berdasarkan kenyataan menjadi kurang menarik dibanding dengan visi yang sangat tinggi itu. Bahkan tak jarang kita menjadi tidak sabar terhadap lingkungan, rekan kerja, anak buah yang seolah terlalu lamban untuk mendukung visi dan semangat kita yang membahana. Kalau tidak disadari, realita itu bisa kita anggap kendala yang membuat visi kita kita anggap mustahil.
Dari sejarah kita tahu, bahwa untuk membuat perubahan caranya ada dua: revolusi dan evolusi. Perubahan radikal dan perubahan bertahap. Pada saat kita dada kita membahana, terpompa oleh daya hipnosis motivator besar, mau kita adalah melakukan revolusi kehidupan. Reformasi total. Tapi begitu kembali ke kantor, rutinitas sudah menghadang, agenda berderet seperti antrian kereta api. Perubahan sulit dilakukan. Akhirnya kita menunda, menunggu waktu yang longgar, saat yang tepat. Lalu penundaan demi penundaan terjadi, tanpa terasa hingga beberapa bulan bahkan tahun. Akhirnya momentum hilang, terlupakan oleh hal-hal yang lain.

Sederhananya, mungkin kita ingin menaikkan nilai TOEFL hingga 600 (saat ini 450), atau menurunkan berat badan sebanyak 15kg. Tujuan atau target ini sebetulnya tidak terlalu aneh, bisa dijangkau. Apalagi setelah terpompa motivasi kita. Rasanya dengan semangat baja 3 bulan juga tercapai. Dihadapkan pada rutinitas pekerjaan, agenda yang datang silih berganti tanpa bisa kita stop. Kita jadi menunda program kursus TOEFL, atau mengikuti fitness. Mau mendaftar tetapi ragu, takut kalau nanti sudah membayar tapi tidak bisa mengikuti sesuai jadwal. Yang terjadi hanya maju mundur, sampai peluang-peluang yang ada lewat atau diambil orang lain. Continue reading

8 Kecerdasan Manusia

8 Kecerdasan Manusia

8 Kecerdasan Manusia

Manusia memiliki kecerdasan yang dapat dibedakan menjadi 8. Dalam istilah yang lebih populer, kedelapan kecerdasan yang dimiliki oleh manusia itu adalah :

1.Kecerdasan Linguistik : Word Smart

Adalah kecerdasan menggunakan kata-kata secara efektif. Kecerdasan ini sangat berguna bagi para penulis, aktor, pelawak, selebriti, radio dan para pembicara hebat. Kecerdasan juga membantu kesuksesan kariernya di bidang pemasaran dan politik.

Coba anda periksa kepribadian di bawah ini, mana yang merupakan kepribadian anda:
– Suka menulis kreatif di rumah.

– Senang menulis kisah khayal, lelucon dan cerpen.

– Menikmati membaca buku di waktu senggang.

– Menyukai pantun, puisi dan permainan kata.

– Suka mengisi teka-teki silang atau bermain scrable.

Yang manakah kemampuan linguistik anda ??

Jika kamu di sekolah, kampus banyak bicara dan kurang memperhatikan pelajaran atau menikmati menulis puisi di rumah tapi tidak mengerjakan PR, senang bercerita. Kamu mepunyai kecerdasan linguistik. Kembangkanlah potensimu terus. Suatu saat kamu akan menjadi seseorang yang hebat.

2. Kecerdasan Logis- Matematis : Number Smart

Kecerdasan yang satu ini adalah ketrampilan mengolah angka dan kemahiran menggunakan logika dan akal sehat. Ini adalah kecerdasan yang digunakan ilmuwan untuk membuat hipotesa dan dengan tekun mengujinya dengan eksperimen. Ini juga kecerdasan yang digunakan oleh Akuntan pajak, pemrogaman komputer dan ahli matematika. Continue reading

Dua Pola Pikir Kehidupan

Dua Pola Pikir Kehidupan

Pikiran mempunyai pola. Dan pola itu menentukan pemaknaan kita terhadap situasi hidup, bahkan kemudian juga memandu respons kita akan segala peristiwa yang hadir dalam hidup. Lalu sebagian orang menjadi optimis, sebagian lagi menjadi pesimis. Sebagian orang menikmati sukses, sebagian lagi terus berkutat dengan kiat-kiat meraih sukses. Sebagian orang menjadi intelektual, sebagian lagi miskin pengetahuan. Sebagian menjadi orang-orang paling kaya, sebagian lagi sibuk dengan upah minimum regional. Sebagian orang berbadan subur, sebagian lagi kurus kering. Sebagian orang merasa rendah diri, sebagian lagi nampak sangat percaya diri.

Sebagian orang pandai berkomunikasi, sebagian lagi gagap mengelola informasi. Sebagian orang jadi pengusaha, sebagian lagi menjadi pegawai. Dan mengapa semua perbedaan itu ada? Salah satu jawabannya adalah karena perbedaan pola pikir. Ada variasi pola pikir dalam masyarakat. Setiap pola pikir menggerakkan perilaku tertentu. Sementara setiap perilaku memberikan konsekuensi tertentu.

Disini kita diingatkan, tiap orang bebas memikirkan hal yang mau dipikirkannya. Namun ia terikat kepada konsekuensi yang dimunculkan dari pikiran tersebut. Setiap orang bebas memilih perilaku atau tindakan yang akan diambilnya dalam kehidupan sehari-hari. Namun ia terikat pada konsekuensi yang diakibatkan oleh perilaku yang telah dipilihnya secara bebas itu. Jadi kita bebas memilih, sekaligus terikat konsekuensi. Luar biasa.

Sekarang, mari kita bertanya dari mana pola pikir itu kita peroleh? Apakah ia telah ada begitu saja ketika kita dilahirkan? Apakah ia merupakan sesuatu yang diwariskan oleh orangtua kita? Atau kita sendirikah yang membentuknya? Bagaimana pengaruh lingkungan hidup sekitar? Mungkinkah seseorang memiliki pola pikir yang berbeda dengan pola pikir dominan yang ada di lingkungan dimana ia dibesarkan? Mungkin sebuah negeri yang penuh dengan koruptor, melahirkan orang-orang yang anti-korupsi? Mungkinkah sebuah kaum yang didominasi orang-orang tercela, melahirkan orang-orang suci? Bisakah di kalangan bandit muncul ulama atau pendeta? Dan di kalangan santri atau rohaniawan, muncul penjahat-penjahat tak bermoral? Dapatkah anak pengusaha menjadi pegawai, dan anak pegawai menjadi pengusaha? Bagaimana bisa? Mengapa tidak bisa?
Continue reading

Sa’atnya Kita Bangkit

Sa’atnya Kita Bangkit

Terjatuh adalah kamus kesedihan, dan kesedihan adalah bagian dari kehidupan. Mau tak mau kita mesti akrab dengannya. Menjadikannya bagian dari warna-warni kehidupan. Tak mudah memang untuk tabah ketika kita sedang terjatuh. Yang ada kita sering mencari biang kerok, mencari kambing hitam kenapa kita bisa terjatuh. Bahkan, pada saat demikian kita sering berkata “Ah Tuhan tidak adil”.

Kini, teman saya itu sedang terpuruk. Dan, tugas pertama saya hanyalah mendengarkan kisah hidupnya. Ternyata, setelah saya dengar baik-baik, keterpurukannya hanya sederhana saja. Tapi, yang namanya lagi terpuruk pastilah ada gelisah, ada resah, muncul ketakutan-ketakutan. Yang hasilnya berpengaruh pada kondisi kejiwaan seseorang. Ia menjadi begitu muram. Ia menjadi begitu sedih.

Tapi, saya sok bijak katakan. Kesedihan, memang hal umum. Semua orang mengalaminya. Tentang kesedihan ini, Rendra, penyair dasyat itu pernah menggambarkannya dengan apik dalam karyanya yang berjudul “Sajak Seorang Tua Kepada Istrinya”. Saya kutipkan sepenggal :

Aku tulis sajak ini untuk menghibur hatimu
……………….

Kita tidaklah sendiri dan terasing dengan nasib kita Kerna soalnya adalah hukum sejarah kehidupan. Suka duka kita bukanlah istimewa kerna setiap orang mengalaminya. Hidup tidaklah untuk mengeluh dan mengaduh Hidup adalah untuk mengolah hidup bekerja membalik tanah memasuki rahasia langit dan samodra,
serta mencipta dan mengukir dunia.

Penggalan diatas rasanya memang tepat untuk direnungkan, khususnya bagi orang muda. Ketika api gelora, ketika api kemarahan masih begitu mudah tersulut. Membara, membakar apa saja. Namun, pada akhirnya yang ada hanyalah abu, kegelapan, kesuraman, kesedihan. Continue reading

TIPS KULIAH SAMBIL BEKERJA

Tips Kuliah Sambil Bekerja

Kuliah sambil bekerja, banyak hal positif yang dapat diperoleh, di samping tidak sedikit pula perjuangan yang harus dilakukan. Kuliah memang cukup menyita waktu, apalagi pada awal-awal musim perkuliahan, banyak hal mengenai universitas yang baru kita masuki harus kita ketahui, mulai dari keadaan kampus sampai peraturan-peraturan yang berhubungan langsung dengan kegiatan perkuliahan. Hal ini tentunya diperlukan untuk mendukung kelancaran kegiatan perkuliahan itu sendiri, semakin kita mengenal sesuatu hal, maka kita akan semakin menikmati hal tersebut, agaknya istilah “tak kenal maka tak sayang”� memang sesuai

Pada tingkat pertama perkuliahan, biasanya bobot SKS (Sistem Kredit Semester) disamaratakan bagi tiap mahasiswa baru, mungkin pihak universitas mempertimbangkan memberlakukan ini karena asumsi pada awal-awal perkuliahan, kegiatan mahasiswa hanya kuliah, mereka belum bekerja. Sesudah mahasiswa memasuki tingkat yang agak tinggi, mungkin tingkat dua atau tiga ataupun empat, umumnya pemberian jatah SKS disesuaikan dengan hak dan keinginan mahasiswa sendiri. Hak disini berdasarkan Indeks Prestasi Semester mahasiswa (IPS) pada semester sebelumnya, semakin tinggi IPS, maka hak SKS yang dapat semakin tinggi. Sedangkan mengenai keinginan, hal ini tentu saja disesuaikan dengan kegiatan mahasiswa sendiri, dan biasanya pada tingkat perkuliahan ini mahasiswa telah mulai bekerja.

Umumnya mahasiswa yang bekerja pada saat kuliah merupakan mahasiswa yang mengambil disiplin ilmu yang lebih popular, misalnya ilmu Desain, ilmu Tehnik Informasi, ilmu Sastra dan lain-lain. Mereka biasanya bekerja sebagai creative designer, programmer, guru pada tempat kursus ataupun staf administrasi paruh waktu, ataupun bisa saja sebagai pekerja waktu penuh, selama jadwal kuliah mereka bisa disesuaikan dengan waktu kerja. Ada pula mahasiswa yang memilih pekerjaan yang tidak berhubungan sama sekali dengan ilmu yang sedang mereka pelajari di universitas, biasanya berupa pekerjaan paruh waktu, misalnya sebagai penulis. Continue reading

Lima Teknologi untuk Perubahan

Lima Teknologi untuk Perubahan

Lima Teknologi untuk Perubahan Pendidikan Menuju Lembaga Pendidikan Unggul Perubahan terus terjadi dan akan tetap terjadi, diminta atau tidak, kita mau ataupun menolak, perubahan terus berjalan bersama waktu yang terus berputar. Kecepatan teknologi komunikasi dan informasi mempunyai peranan yang penting dalam menginformasikan perubahan, sehingga perubahan, berita atau apapun yang terjadi dimanapun secara global dalam hitungan detik sudah dapat kita ketahui.

Sekolah atau lembaga pendidikan sebagai suatu sistem terbuka, tidak bisa menutup diri dari perubahan yang ada di sekitarnya. Dia harus adaptif terhadap perubahan, mengelola perubahan, dan memberdayakan potensi internal untuk terus meningkatkan kapasitas dirinya sehingga keunggulan sekolah atau lembaga sebagai cita-cita bersama dapat terwujud.

Untuk mencapai keunggulan yang dicita-citakan, banyak pendekatan yang dapat dilakukan salah satunya apa yang dipaparkan oleh Salisbury (1996) yaitu tentang Five Technologies untuk perubahan pendidikan. Teknologi ini sudah banyak diterapkan dalam dunia bisnis dan menjadikan kegiatan bisnis menjadi lebih kompetitif dan siap terhadap perubahan. Teknologi tersebut adalah:

1. System Thinking (Berpikir serba Sistem)
2. System Design (Perancangan Sistem)
3. Quality Science (Ilmu Kualitas)
4. Change Management (Manajemen Perubahan)
5. Instructional Technology (Teknologi Pembelajaran)

Ada banyak pengelola sekolah yang menginginkan lembaganya mendapatkan sertifikasi standar kualitas untuk manajemen pengelolaan sekolah. Ada baiknya sebelum lebih jauh dengan manajemen kualitas total untuk pendidikan (Total Quality Educations –TQE), para pengelola sekolah memahami dan menerapkan 5 teknologi untuk perubahan lembaga pendidikan lebih baik. Continue reading

Nonton Video Mesum Dihukum Cambuk

Hukum Cambuk di Aceh Besar

HUKUM CAMBUK – Seorang algojo mencambuk seorang terpidana pelanggaran Qanun No 13 tahun 2003 tentang Maisir (judi) di halaman Masjid Jantho, Aceh Besar. Ada empat pelaku lagi yang dicambuk oleh petugas Wilayatul Hisbah karena maisir di Desa Garut, Kec Darul Imarah, Aceh Besar. Foto: kompas

Empat pelaku pelanggar syariat Islam di kawasan Aceh Besar, Jumat (8/4/2011), menjalani hukuman cambuk setelah mendapat ketetapan hukum dari Mahkamah Syar’iyah Aceh Besar. Mereka terbukti melakukan pelanggaran qanun syariat Islam.

Masing-masing pelanggar hukuman syariat ini adalah Sudirman Bin Bintang, Irdayanti Binti Mukhtar, Rudi Setiaan Yudi dan Nuramalia Binti Usman Ali. Kedua pasangan ini melanggar pasal 22 Jo pasal 5 qanun no 14/2003 tentang khalwat (bertindak mesum).

Kepala Polisi Syariat/Satpol PP Kabupaten Aceh Besar, Rusli, mengatakan kedua pasangan ini ditangkap karena melakukan perbuatan mesum dengan berdua-duaan di tempat sepi dan menonton video mesum melalui telpon seluler.

“Kedua pasangan ini ditangkap di lokasi yang berbeda pada bulan lalu, dan mereka melanggar hukum syariat Islam dan dikenai hukuman cambuk maksimal 9 kali cambukan,” kata Rusli.

Setelah mendapat ketetapan hukuman dari Mahkamah Syari’yah Aceh Besar, kedua pasangan ini mendapat vonis hukuman cambuk yang dilaksanakan di depan mesjid Al-Munawarah, Jantho, Kabupaten Aceh Besar. Continue reading

Mensyukuri Nikmat Kehidupan

Mensyukuri Nikmat Kehidupan

Mengeluh. Sebuah kata sederhana yang mungkin jarang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi seringkali kita praktekkan langsung baik secara sadar maupun tidak sadar. Kita semua melakukan hal tersebut setiap saat tanpa menyadarinya. Tahukah Anda semakin sering kita mengeluh, maka semakin sering pula kita mengalami hal tersebut.

Mengeluh adalah hal yang sangat mudah dilakukan dan bagi beberapa orang hal ini menjadi suatu kebiasaan dan parahnya lagi mengeluh menjadi suatu kebanggaan. Bila Anda memiliki dua orang teman, yang pertama selalu berpikiran positif dan yang kedua selalu mengeluh, tentunya Anda akan lebih senang berhubungan dengan yang berpikiran positif bukan ?

Menjadi seorang yang suka mengeluh mungkin bisa mendapatkan simpati dari teman kita, tetapi tidak akan membuat kita memiliki lebih banyak teman dan tidak akan menyelesaikan masalah kita, bahkan bisa membuat kita kehilangan teman-teman kita. Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa kita mengeluh? Kita mengeluh karena kita kecewa bahwa realita yang terjadi tidak sesuai dengan harapan kita. Bagaimana kita mengatasi hal ini. Caranya sebenarnya gampang-gampang susah, kita hanya perlu bersyukur.

Di balik semua hal yang kita keluhkan PASTI ADA hal yang dapat kita syukuri. Sebagai ilustrasi, Anda mengeluh dengan pekerjaan Anda. Tahukah Anda berapa banyak jumlah pengangguran yang ada di Indonesia? Sekarang ini hampir 60% orang pada usia kerja produktif tidak bekerja, jadi bersyukurlah Anda masih memiliki pekerjaan dan penghasilan. Atau Anda mengeluh karena disuruh lembur atau disuruh melakukan kerja ekstra. Tahukah Anda bahwa sebenarnya atasan Anda percaya kepada kemampuan Anda? Kalau Anda tidak mampu tidak mungkin atasan Anda menyuruh Anda lembur atau memberikan pekerjaan tambahan. Bersyukurlah karena Anda telah diberikan kepercayaan oleh atasan Anda.
Continue reading

Hello world!

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!